MAHASISWA DAN WARUNG KOPI: TIGA PERSPEKTIF DALAM KEBISINGAN SUBUH
Sekelompok pemuda yang menyebut dirinya mahasiswa berkumpul di sebuah warung kopi pada larut malam yang menggantungkan harap pada pagi. Asap rokok melingkar pelan, tumpah ruah di antara gelas kopi yang tak pernah benar-benar kosong. Di sudut ruang kecil itu, diskusi meletup, tak terencana, seperti api kecil yang menjilat kayu basah. Topik berganti cepat dari pembangunan ke penggusuran, dari sejarah ke cita-cita. Hingga seseorang menggetarkan meja dan meneriakkan sajak revolusi: “Jika penebangan dilakukan dengan dalil pembangunan, Maka keputusan harus ditumbangkan Dengan ribuan suara yang bergema pada jalan!” Pada diskusi yang berjalan diiringi kuamandang azan subuh l angit mulai berubah warna. Suasana hening sejenak, lalu kelompok itu terpecah menjadi tiga. Masing-masing memegang kebenarannya sendiri. dengan perspektif yang berbeda. PERSPEKTIF PERTAMA IDEALISTIK: Sang Romantik Jalanan Kami yang membawa api pada jalanan. Bag i kami yang duduk di sisi kiri meja, revolusi buk...